Peranan alga zooxanthellae terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang

Kamis, 04 November 2010

     Teman-teman tau gak sih bahwa Indonesia itu adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang nomor dua setelah Kanada yaitu 81.000 km. Luas wilayah teritorial Indonesia yang sebesar 7,1 juta km2 didominasi oleh wilayah laut yaitu kurang lebih 5,4 juta km2. Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, keanekaragaman hayati laut Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai tetangga sekitarnya.(Pujiatmoko, 2009)
Dengan potensi fisik sebesar ini, Indonesia dikaruniai pula dengan sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar. Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan hayati kelautan terbesar. Dalam hal ekosistem terumbu karang (coral reefs) misalnya, Indonesia dikenal sebagai salah satu penyumbang kekayaan hayati terumbu karang terbesar di dunia. Dengan luas total sebesar 50.875 km2, maka 51 % terumbu karang di kawasan Asia Tenggara dan 18 % terumbu karang di dunia, berada di wilayah perairan Indonesia.(Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001)
Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonsia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekita 81.000 km (Dahuri et al, 2001). Garis pantai yang panjang menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Patensi hayati semisal perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang. Potensi non hayati misalnya mineral dan bahan tambang serta pariwisata.
Terumbu karang adalah endapan-endapan masif penting kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang scleractinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Karang sclerectinia termasuk kedalam filum Cnidaria. Karang ini menerima sumber energi dan nutrien dengan cara menangkap larva planktonik dengan menggunakan tentakelnya atau dengan memanfaatkan simbion yang hidup di dalam jaringan tubuhnya yaitu zooxanthellae.
Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan tinggi keanekaragaman hayatinya. Produktivitas primer yang tinggi dan kompleksnya habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang memungkinkan daerah ini berperan sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, secara otomatis produksi sekunder (ikan dan biota laut lain) di daerah terumbu karang juga sangat tinggi.
Pada umumnya karang bersimbiosis dengan alga mikroskopik bersel tunggal (zooxanthellae). Sel alga tersebut hidup dalam jaringan polip karang. Fotosintetis sel alga tersebut membantu suplai makanan bagi polip karang dan pembentukan karang kapur. Dengan demikian, kelestarian terumbu karang sangat bergantung pada alga zooxanthellae.
Karang memiliki dua cara medapatkan makanan yaitu menerima pemindahan (translocated) produk fotosintesis dari zooxanthellae dan menangkap zooplankton dengan polypnya dan sebagian besar coral makan pada malam hari. Coral dapat menangkap makanan melalui phagotrophy (tentakel yang menangkap makanan yang lewat dan memasukkannya dalam mulut tempat makanan itu dicerna) dan melalui cilliary feeding (pengeluaran lapisan mucus yang menjebak partikel organik kecil yang dihembuskan ke mulut oleh rambut-rambut kecil yang disebut cilia). Coral dapat pula mengambil bahan organik terlarut dari air laut untuk digunakan sebagai energi dasar. Sebaliknya zooxanthellae menerima nutrien organik penting dari coral inang yang dilewatkan ke zooxanthellae sebagai produk kotoran hewan. Beberapa nutrien anorganik juga diperoleh dari air laut. Alga membawa dampak yang besar bagi ekositem terumbu karang, salah satu contoh ketika karang ditinggalkan oleh alga mengakibatkan pemutihan (bleaching). Sehubungan hal ini Faizal (2009) mengemukakan bahwa pemutihan (bleaching) terutama berhubungan dengan terdegradasinya pigmen-pigmen klorofil pada zooxanthellae yang disebabkan oleh pecahnya atau terjadinya foto-oksidasi klorofil.
Alga sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup karang. Selama fotosintesis berlangsung, zooxanthellae memfiksasi sejumlah besar karbon yang dilewatkan pada polip inangnya. Karbon ini sebagian besar dalam bentuk gliserol termasuk didalamnya glukosa dan alanin. Produk kimia ini digunakan oleh polyp untuk menjalankan fungsi metaboliknya atau sebagai pembangun blok-blok dalam rangkaian protein, lemak dan karbohidrat. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Lalli dan Parsons (1995) yang mengatakan bahwa zooxanthellae juga meningkatkan kemampuan coral dalam menghasilkan kalsium karbonat.
Rahasia keberhasilan pembentukan terumbu karang oleh karang batu tidak terlepas dari peranan alga zooxanthellae yang terkumpul dalam jaringan gastrovaskuler. Selain menyediakan makanan, alga juga memberi warna bagi karang. Karang yang ditinggalkan oleh simbionnya akan mengalami bleacing (pemutihan karang) hal ini mengakibatkan karang akan mati karena tidak tersedianya makanan bagi karang. Alga zooxanthellae memiliki peran dalam kelangsungan hidup karang dan menyebabkan terumbu karang menjadi sehat.

0 komentar:

Posting Komentar